Seperti apa itu Ruh?
Bismillah, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Rahimahu makumullahi hi jami'an
Fase pertama keimanan terhadap hari akhir adalah mengimani fase kehidupan di alam barzah. Dan itu diawali semenjak ruh kita berpisah dengan jasad kita, muncul sebuah pertanyaan apa sebenarnya ruh ? seperti apa hakikatnya, ikhwatal iman berbicara tentang ruh kita harus kembali kepada dalil yang disebutkan didalam al-quran atau disebutkan dalam hadist-hadist rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kenapa karna akal kita, indra kita tidak mampu menggapai hakikat ruh namun kita menyakini keberadaan nya dan kita bisa merasakan dampaka nya keberandan dan ketiadaan ruh tersebut kita bisa melihat dan merasakan dampaknya.
Dampaknya adalah kehidupan dan kematian, jika kembali kepada dalil-dalil yang ada maka para ulama menyebutkan tentang ruh dia bisa bersemayang dia bisa berpisah dari jasad dan dengan keberadaan ruh di jasad manusia kehidupan manusia tersebut menjadi ada. Hadist-hadit atau riwayat-riwayat yang shahih menyebutkan ruh itu bisa naik bisa turun, bisa merasakan adzad dan bisa merasakan nikmat dan ruh diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk abadi. Ruh adalah mahluk yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala namun dia sebagaimana surga dan neraka dia adalah mahluk yang diciptakan untuk abadi.
Sebatas itu pengetahuan kita tentang ruh selebihnya kita tidak boleh meraba-raba atau memastikan hakikat ruh karena kita tidak memiliki ilmu melebihi apa yang diberitahukan Allah subhanahu wa ta'ala dan diberitahukan oleh rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Itulah sebabnya di dalam surat al-isra ayat ke 85 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”
Maka pada prinsip nya berbicara tentang hakikat ruh kita harus kembalikan kepada al-quran dan as-sunnah, kemudian tidak boleh kita melampaui batas dari apa yang telah di sebutkan oleh al-quran dan as-sunnah tentang ruh tersebut, karena jika tidak kita akan berkata tanpa ilmu sehingga dikhawatirkan kita akan tersesat. Kemudian terkait ruh kita bisa mendapatkan pelajaran yang berharga, ruh sebagai mahluk ciptaan Allah tabaraka wa ta'ala namun akal dan indra kita tidak mampu menggapai hakikatnya maka, demikian juga sikap kita kepada Allah tabaraka wa ta'ala yang maha pencipta kita wajib meyakini nya, meyakinikesempurnaan nya namun berbicara tentang hakikat Allah dan hakikat sifat-sifat Allah tabaraka wa ta'ala, maka akal kita harus tunduk kepada dalil tidak boleh kita melampaui batas, tidak boleh kita berperasangka tentang Allah yang tidak-tidak tanpa dalil, karena jika tidak syaiton akan mengombang-ambingkan kita sehingga kita menjadi orang-orang yang tersesat atau menyerupakan Allah tabaraka wa ta'ala dengan mahluk nya, semoga Allah tabaraka wa ta'ala memberikan kita semua taufiq
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar